Yogyakarta-RoL-- Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) menyerukan "stop komersialisasi Ramadhan", agar bulan puasa bagi umat Islam tersebut tidak dialih-fungsikan sebagai momen untuk menumpuk modal.
"Kini Ramadhan dipandang sebagai ajang 'entertaint' dan dijual dengan beragam cara untuk kepentingan pemilik modal, yang mengakibatkan lunturnya esensi ramadhan," kata Ketua Bidang Advokasi PP IRM Masmulyadi di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan, maraknya tayangan televisi seperti sinetron remaja yang mengeksploitasi momen Ramadhan merupakan salah satu bentuk fenomena komersialisasi bulan suci umat Islam untuk kepentingan para pelaku bisnis hiburan.
Pasar sebagai satu instrumen sistem kapitalisme kemudian menciptakan simbol baru yang memerlukan struktur organisasi agama. Banyak ulama atau ustadz merangkap menjadi usahawan, pedagang, politisi yang memanfaatkan sentimen ajaran sebagai sarana meraih keuntungan. "Kami menghimbau kepada para tokoh Islam untuk berhenti berceramah dengan tidak proporsional," katanya.
Budaya pemanfaatan Ramadhan untuk kegiatan-kegiatan komersial yang sebenarnya melunturkan makna puasa Ramadhan tidak pantas dilakukan karena kemuliaan bulan Ramadhan tidak sebanding dengan harga pasar.
"Oleh karenanya, PP IRM menghimbau kepada seluruh remaja Islam untuk melakukan kegiatan yang positif dalam mengisi bulan Ramadhan, seperti dengan mengembangkan budaya gemar membaca, sehingga muncul kesibukan baru yang dapat mengalihkan perhatian remaja dari tayangan komersial ramadhan," katanya.
Dalam upaya membangun kesadaran remaja Islam, IRM tidak ingin terjebak dalam budaya demonstrasi atau tindakan anarkis menghadapi kenyataan atau praktik yang tidak sesuai syariat Islam, seperti tempat hiburan malam. "Kita tidak ingin terjebak dalam aksi semacam itu, kalau kita melakukan demostrasi pada bulan Ramadhan saja, berarti kita menghalalkan kegiatan itu di luar bulan Ramadhan," katanya. antara/mim
Rabu, 12 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar