Rabu, 12 September 2007

PP IRM Serukan Matikan Teve

Stop Komersialisasi Puasa, Banyak Membaca
JOGJA - Memasuki bulan Ramadan PP Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) dengan tegas menuntut penghentian komersialisasi puasa yang dapat merusak iman masyarakat. Komersialisasi puasa oleh beberapa pengusaha terutama media televisi dinilai mampu menjauhkan masyarakat dari esensi puasa.

Untuk mendukung tuntutan stop komersialisasi puasa, PP IRM juga menyosialisasikan gerakan matikan televisi selama Ramadan dan kampanye membaca. "Kedua gerakan tersebut kami nilai sebagai jalan agar masyarakat mampu emnjalankan puasa degan khusuk," jelas Ketua Advokasi PP IRM Masmulyadi.

Menurut PP IRM saat Ramadan tiba para pengusaha televisi berbondong-bondong mengusung tayangan yang mampu merusak iman masyarakat. Sebab tayangan televisi terutama sinetron jauh dari nilai relijius.

"Meski tayangan sinetron dikemas dengan konsep cerita relijius sebenarnya tayangan tersebut justru menjauhkan masyarakat dari ajaran agama yang menjadi kewajibannya. Banyaknya sinetron selama bulan puasa justru merupakan instrumen yang dibuat kaum borjuis untuk melupakan roh bulan ramadan," tambah Masmulyadi.

Pernyataan menuntut stop komersialisai disampaikan PP IRM di kantor PP Muhammadiyah Jl Cik Di Tiro kemarin. Menurut PP IRM tayangan sinetron yang diputar pada jam di saat umat Islam menjalankan ibadah seperti salat atau taraweh adalah bukti upaya menjauhkan masyarakat dari esensi bulan suci.

"Pada bulan mencari berkah bukannya diisi dengan siraman rohani malah kebanjiran sinetron yang tidak mendidik. Padahal sebelum puasa jarang stasiun televisi memutar tayangan yang berbau relijius. Tetapi ini trik mereka untuk mendapatkan pendapatan iklan. Hal inilah yang kami sebut sebagai komersialisasi puasa," tambah Masmulyadi.

Selain menyoroti tayangan televisi selama bulan Ramadhan, PP IRM juga menyesalkan berkembangnya budaya ingar bingar yang disebarluaskan selama bulan suci. Budaya ingar bingar yang mereka maksud adalah budaya ngabuburit dan konser musik menjelang buka puasa.

"Ini tidak lain adalah hasil persengkokolan kaum borjuis dengan mengatasnamakan ibadah. Konsep yang disebarluaskan ngabuburit atau menlihat konser musik adalah budaya sehari-hari selama puasa. Bukankah tidak lebih baik mengisi waktu dengan hal yang berbau ibadah," tambahnya.

Budaya ingar bingar membuat pelaksanaan ibadah puasa tidak ada bedanya dengan perayaam tahun baru. "Penuh dengan event musik dan ngabuburit. Di sepanjang jalan di beberapa titik kota penuh dengan kaum muda yang nongkrong. Maka PP IRM menekankan perbanyaklah ibadah selama bulan puasa." (lai)

http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_radar&id=172245&c=85

Tidak ada komentar: